Diberdayakan oleh Blogger.

What's Awesome

About Me

Explore The Archive

JS

Paus Fransiskus Punya Citra Sederhana, Masa Lalu Pelik

D-EFR

on Minggu, 17 Maret 2013 | 12.42.00


Uskup Agung Jorge Bergoglio orang yang sederhana. Ia sering berdesak-desakan di bus kota dengan warga Buenos Aires, Argentina. Mereka terkadang mengobrol soal masalah gereja, atau lain kali mengenai apa yang akan dia masak untuk makan malam di apartemen sederhananya. Kali lain, Uskup Jorge mungkin bercerita mengenai kecintaannya akan tango sejak muda, meski sebelah paru-parunya diangkat karena infeksi.

Di balkon Basilika St Petrus hari Rabu, mengenakan jubah putih polos, Paus Fransiskus yang baru juga muncul untuk menyuarakan kesederhanaan dan kerendahan hati, di tengah keputusasaan gereja dalam melewati era skandal pelecehan yang mencoreng.

Pemilihan Bergoglio (76) sebagai paus mencerminkan serangkaian keputusan bersejarah oleh sesama kardinal yang tampaknya memastikan pembaharuan gereja di bawah tekanan dari berbagai pihak.

"Dia adalah suara nyata untuk yang tak mampu bersuara dan lemah," kata Kim Daniels, direktur Catholic Voices USA, sebuah kelompok pendukung gereja. "Itulah pesannya."

Paus Fransiskus, paus pertama dari Amerika Latin dan yang pertama dari ordo Yesuit, membungkuk kepada kerumunan orang banyak di Alun-alun Santo Petrus dan meminta restu mereka dalam gaya rendah hati, yang dia anut ketika mencoba memodernisasi Gereja Katolik Roma Argentina yang konservatif dan diduga terlibat selama pemerintahan junta militer pada 1976-1983.

"Saudara dan saudari, selamat malam," katanya sebelum menyinggung negara asalnya di Amerika Latin, yang mencakup sekitar 40 persen umat Katolik Roma di dunia.

Kelompok pendukung mengibarkan bendera putih dan biru Argentina di Alun-alun Santo Petrus, saat Fransiskus tampil di hadapan publik untuk pertama kali sebagai paus. Bergoglio dikabarkan telah mendesak utusan Argentina supaya tidak terbang ke Roma untuk merayakan pemilihannya sebagai paus. Ia bilang lebih baik ongkosnya disumbangkan kepada orang miskin.

Dalam memilih nama Fransiskus, dia menarik hubungan dari Santo Fransiskus Asisi pada abad ke-13. Hal itu juga mengacu kepada Fransiskus Xaverius, salah satu pendiri ordo Yesuit pada abad ke-16, yang terkenal atas pengetahuannya dan jangkauannya.

Fransiskus, putra imigran Italia dari kelas menengah, nyaris menjadi paus dalam konklaf sebelumnya pada 2005. Dia dikabarkan memperoleh total suara tertinggi kedua dalam beberapa putaran pemungutan suara hingga akhirnya tersingkir. Yang terpilih kemudian adalah orang dalam Vatikan, Joseph Ratzinger, atau Paus Benediktus XVI.

Dengan terpilihnya Bergoglio, konklaf mengenyahkan kemungkinan mereka akan beralih ke calon lebih muda yang sesuai dengan unsur-unsur yang lebih muda di gereja dan dengan kemungkinan stamina yang lebih kuat untuk mengatasi kerasnya tugas kepausan modern. Fransiskus memiliki kesehatan yang baik, namun usia dan kemungkinan keterbatasannya karena hanya memiliki satu paru-paru, menimbulkan pertanyaan.

Tidak seperti banyak calon paus lainnya, Bergoglio tidak pernah memegang jabatan tinggi dalam pemerintahan Vatikan, atau kuria. Status sebagai orang asing tersebut bisa menimbulkan hambatan dalam upaya mereformasi Vatikan, yang dilanda dengan pengungkapan memalukan akibat bocornya dokumen yang berisi informasi usaha menutup-nutupi masalah keuangan dan perseteruan internal.

Tapi konklaf tampak lebih terpengaruh oleh reputasi Bergoglio yang fokus kepada masalah-masalah seperti kemiskinan dan efek globalisasi, dan kesetiaannya kepada ajaran-ajaran gereja tradisional seperti menentang penggunaan alat KB.

Namun, citra utamanya, lebih cenderung ke arah penghematan. Motto yang dipilih untuk keuskupan agungnya adalah "Miserando Atque Eligendo," atau "Rendah Hati Namun Terpilih."

Bahkan setelah dia menjadi pejabat tinggi gereja Argentina pada 2001, dia tidak pernah tinggal di rumah mewah gereja, tempat Paus Yohanes Paulus II menginap ketika mengunjungi negara itu. Dia lebih memilih tempat tidur sederhana di sebuah bangunan di pusat kota, dihangatkan oleh kompor kecil pada pekan-pekan yang dingin ketika gedung tersebut mematikan pemanasnya. Selama bertahun-tahun, dia menggunakan transportasi umum di sekitar kota, dan memasak makanannya sendiri.

Dia menuduh sesama pemimpin gereja munafik dan melupakan bahwa Yesus Kristus memandikan penderita kusta dan makan dengan pelacur.

"Yesus mengajarkan kita cara lain: Pergilah. Pergilah dan sebarkan kesaksianmu. Pergilah dan berinteraksilah dengan saudara-saudaramu. Pergilah dan berbagi. Pergilah dan mintalah. Jadikan Firman menyatu dengan tubuh serta roh," kata Bergoglio kepada para pastor Argentina tahun lalu.

Bergoglio hampir tidak pernah mau diwawancara media, dia jarang pidato dari mimbar, dan enggan melawan pengkritiknya, bahkan ketika dia diserang tuduhan palsu, kata penulis biografi resmi Bergoglio, Sergio Rubin.

Warisan Bergoglio sebagai kardinal meliputi upayanya untuk memperbaiki reputasi gereja, yang kehilangan banyak pengikut karena gagal menantang kediktatoran Argentina secara terbuka. Dia juga bekerja untuk memulihkan pengaruh politik tradisional gereja dalam masyarakat, namun kritik terang-terangannya terhadap Presiden Cristina Fernandez tidak bisa menghentikan presiden memberlakukan langkah-langkah sosial liberal yang diharamkan gereja, yaitu pernikahan sesama jenis dan pemberian kontrasepsi gratis untuk semua orang.

Gerejanya juga tidak bisa berbuat apa-apa ketika Mahkamah Agung Argentina memperluas akses untuk pengesahan aborsi dalam kasus perkosaan, dan ketika Bergoglio berpendapat bahwa adopsi untuk pasangan gay adalah diskriminasi kepada anak-anak. Fernandez membandingkan seruan Bergoglio dengan "abad pertengahan dan era Inkuisisi."

Namun Bergoglio mengecam pandangan konservatif garis keras di kalangan pastor, termasuk mereka yang menolak untuk membaptis anak-anak dari perempuan yang belum menikah.

"Itulah orang-orang munafik saat ini, yang mempengaruhi kepastoran gereja," katanya kepada para pastornya. "Mereka yang memisahkan umat Allah dari keselamatan. Dan gadis malang ini, yang daripada mengembalikan anak itu ke penciptanya, memiliki keberanian untuk melahirkannya ke dunia, harus mengembara dari paroki ke paroki sehingga anaknya bisa dibaptis!"

Bergoglio sendiri memilih hidup tidak mencolok, dan gaya pribadinya telah menjadi antitesis dari kemegahan Vatikan.

"Sungguh sulit dipahami: Ketika para uskup bertemu, dia selalu ingin duduk di barisan belakang. Rasa kerendahan hati tersebut sangat terlihat dengan baik di Roma," kata Rubin.

Keinginannya untuk tetap di beberapa sayap, bagaimanapun, telah ditentang oleh aktivis hak asasi manusia yang  mencari jawaban tentang tindakan gereja selama era kediktatoran, setelah kudeta pada 1976 yang dikenal sebagai "Perang Kotor" Argentina.

Banyak orang Argentina masih marah atas kegagalan gereja untuk terang-terangan menghadapi rezim yang menculik dan membunuh ribuan orang karena mereka berusaha untuk menghilangkan "unsur-unsur subversif" dalam masyarakat. Itulah salah satu alasan mengapa lebih dari dua per tiga dari orang Argentina menyatakan diri mereka sebagai Katolik, namun kurang dari 10 persen yang secara teratur menghadiri Misa.

Di bawah kepemimpinan Bergoglio, keuskupan Argentina mengeluarkan permintaan maaf kolektif pada Oktober 2012 atas kegagalan gereja untuk melindungi jemaatnya. Namun, pernyataan itu menyalahkan era kekerasan kepada junta dan musuh-musuhnya.

"Bergoglio sangat kritis terhadap pelanggaran HAM selama era kediktatoran, namun dia juga selalu mengkritik gerilyawan sayap kiri. Dia tidak melupakan sisi tersebut," tambah Rubin.

Pernyataan tersebut muncul terlalu terlambat  bagi beberapa aktivis, yang menuduh Bergoglio lebih peduli tentang citra gereja daripada membantu penyelidikan hak asasi manusia di era junta.

Bergoglio dua kali meminta haknya di bawah naungan hukum Argentina untuk menolak hadir di pengadilan terbuka. Ketika dia akhirnya bersaksi pada 2010, jawabannya bersifat menghindar, ujar pengacara hak asasi manusia, Myriam Bregman.

Setidaknya ada dua kasus dengan keterlibatan langsung Bergoglio, yang memimpin ordo Yesuit Argentina selama masa kediktatoran.

Yang pertama adalah kasus penyiksaan terhadap dua pastor Yesuit — Orlando Yorio dan Francisco Jalics —yang diculik pada 1976 dari daerah kumuh. Keduanya dibebaskan setelah Bergoglio melakukan aksi tersembunyi yang luar biasa untuk menyelamatkan mereka, termasuk membujuk pastor dari keluarga diktator Jorge Videla untuk mengaku sakit, sehingga Bergoglio bisa menggelar misa di rumah pemimpin junta itu, di sanalah dia secara pribadi meminta belas kasihan. Intervensinya mungkin menyelamatkan hidup kedua pastor itu, namun Bergoglio belum pernah memberikan rinciannya sampai Rubin mewawancarainya untuk biografi pada 2010.

Bergoglio mengatakan kepada Rubin bahwa dia sering menyembunyikan orang-orang di properti gereja selama era kediktatoran, dan pernah memberikan surat identitasnya kepada seorang pria yang mirip dengannya, agar bisa melarikan diri melintasi perbatasan. Tapi semua itu dilakukan secara rahasia, pada saat pemimpin gereja secara terbuka mendukung junta dan menyerukan umat Katolik untuk mengembalikan "kecintaan mereka atas negara", meskipun adanya teror di jalan-jalan.

Namun pengacara hak asasi manusia Bregman mengatakan bahwa pernyataan Bergoglio sendiri membuktikan pejabat gereja tahu dari awal bahwa junta menyiksa dan membunuh warganya, namun secara terbuka mendukung diktator.

"Kediktatoran tidak bisa dijalankan dengan cara seperti itu, tanpa adanya dukungan utama tersebut," ucapnya.

Bergoglio juga dituduh mengabaikan keluarga yang kehilangan lima kerabat akibat teror negara, termasuk seorang wanita muda yang sedang hamil lima bulan, sebelum dia diculik dan dibunuh pada 1977. Keluarga De la Cuadra meminta bantuan pemimpin Yesuit di Roma, yang mendesak Bergoglio untuk membantu mereka. 

Bergoglio kemudian menunjuk seorang monsinyur (sebutan untuk anggota kepastoran Katolik yang memiliki gelar kehormatan) untuk kasus itu. Bulan demi bulan berlalu sebelum monsinyur itu kembali dengan catatan tertulis dari seorang kolonel: wanita muda itu melahirkan seorang anak perempuan di penahanan, yang kemudian diberikan kepada sebuah keluarga yang "terlalu penting" untuk bisa membatalkan pengdopsian itu.

Meskipun ada bukti tertulis keterlibatannya, Bergoglio bersaksi pada 2010 bahwa dia tidak tahu tentang bayi yang dicuri sampai setelah era kediktatoran berakhir.

"Bergoglio memiliki sikap sangat pengecut saat menghadapi kejadian mengerikan seperti pencurian bayi. Dia mengatakan dia tidak tahu apa-apa tentang hal itu sampai 1985," kata bibi bayi tersebut, Estela de la Cuadra, yang bersama ibunya Alicia mendirikan Grandmothers of Plaza de Mayo pada 1977 dengan harapan bisa mengidentifikasi bayi itu.

"Dia tidak menghadapi kenyataan tersebut dan itu tidak mengganggunya," kata sang bibi. "Yang penting adalah bagaimana menyelamatkan namanya, menyelamatkan dirinya. Tapi, dia tidak bisa menahan tuduhan tersebut tidak sampai ke masyarakat. Orang-orang tahu bagaimana dia."

Awalnya dilatih sebagai seorang ahli kimia, Bergoglio mengajar sastra, psikologi, filsafat dan teologi sebelum mengambil alih jabatan Uskup Agung Buenos Aires pada 1998. Dia menjadi kardinal pada 2001, ketika ekonomi Argentina sedang mengalami kejatuhan, dan mendapatkan banyak pujian karena menyalahkan kapitalisme tak terkendali memiskinkan jutaan orang Argentina.

Di kemudian hari, relasi antara Bergoglio dan pemerintah Argentina memburuk. Hubungan mereka menjadi begitu dingin, sampai presiden berhenti menghadiri pidato tahunan "Te Deum", ketika para pemimpin gereja biasanya memberitahu pemimpin politik apa yang salah dengan masyarakat.

"Apakah Bergoglio adalah seorang teologis pembebasan yang progresif? Tidak. Dia bukanlah pastor Dunia Ketiga," kata Rubin. "Apakah dia mengkritik IMF, dan neoliberalisme? Ya. Apakah dia menghabiskan banyak waktu di daerah kumuh? Ya."

Lihat penampilan pertama Paus Fransiskus di balkon menyambut pendukungnya.

/[ 0 komentar Untuk Artikel Paus Fransiskus Punya Citra Sederhana, Masa Lalu Pelik]\

Posting Komentar